Kritik dan Esai Sebuah Puisi Karya dari Guru Besar Kami
Puisi
Karya M. Shoim Anwar
DI BANDARA
INTERNASIONAL ABU DHABI
di
bandara internasional abu dhabi
di
bawah atap repilakasi daun-daun kurma
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
Melalui bait tersebut menyatakan
pengarang sedang mengamati seorang wanita dengan mengenakan busana muslim
berbentuk seperti jubah yang biasa digunakan oleh wanita di Arab Saudi, di
bandara internasional di Arab dengan gambaran atap yang bercorak seperti
daun-daun kurma.
di
bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
sambil
mengunyah coklat yang manis dirasa
menuding
perhiasan emas permata
dibayar
dengan komisi dari pihak ketiga
sebagai
pelicin membuka usaha
Bait
selanjutnya, pengarang mendeskripsikan seorang wanita lain mengenakan kaos dan
celana pendek seukuran paha, ketat melekat hingga digambarkan urat kulitnya
mampu menyapa hingga ke pangkal paha. Sambil mengunyah coklat ia menunjuk ke
arah lain, yakni perhiasan emas permata yang diyakini sebagai jenis pembayaran
orang ketiga sebagai sogokan untuk membuka usaha
di bandara internasional abu dhabi
kau kenakan surban putih bersih
kacamata gelap pelindung matahari
lalu ganti stelan jas hitam berdasi
atau jins belel berlubang-lubang kayak
ditembak kompeni
Masih di bandara
internasional di Arab Saudi, pengarang mendeskripsikan seseorang mengenakan
surban putih dan berkacamata gelap yang kemudian berganti pakaian menggunakan
setelan jas hitam lengkap dengan dasi, dengan bawahan celana jins yang
robek-robek di beberapa bagiannya.
di bandara internasional abu dhabi
saat buka seluler kau tersenyum sendiri:
temanmu
pura-pura sakit jantung dan merintih
saat
mau diperiksa komisi antikorupsi
lari
ke rumah sakit bertarif mahal sekali
minta
diselimuti kain putih empuk begini
diinfus agar kayak orang mau mati
membayar
pengacara bicara tak henti-henti
dan
minta cepat pulang saat dibebaskan nanti
Di bandara Internasional Arab itu,
pengarang masih terus mengamati. Seseorang membuka telepon seluler dan
tersenyum sendiri, sedangkan seorang temannya berpura-pura sakit jantung ketika
diperiksa oleh lembaga negara antikorupsi yang dibentuk dengan tujuan berupaya
memberantas korupsi, bahkan ia dilarikan ke rumah sakit mahal dan membayar
pengacara mahal untuk membela dirinya
di
bandara internasional abu dhabi
sambil
buka video kau manggut-anggut dengan
pasti
seperti
sapi menyeret gerobak pedati
teman-temanmu ngotot seperti tak punya hati
ingin
membubarkan komisi antikorupsi
cari
seribu alasan untuk menembak mati
menganggap
rakyat tak ngerti kalau dibodohi
sejatinya
mereka takut diborgol masuk bui
Dalam bait ini puisi mengarah pada
sebuah penyamaran buron KPK yang telah terbongkar kedoknya dan sedang
diperkarakan kasusnya. Teman-temannya berusaha melindungi dengan digambarkan
“ngotot” dan “ingin membubarkan komisi antikorupsi”. Sedangkan banyak orang
yang sudah mengenali bahwa ia adalah buron yang sedang di cari-cari, segala
pemberontakan dilakukan karna ia takut ditindak lanjuti dan masuk bui.
di uni emirat ini kau datang tanpa penghalang
berdalih ziarahi bumi nabi-nabi
sambil belanja mencuci uang korupsi
mengolor waktu tak hendak pulang lagi
dengan pasti menanti putusan bebas murni
kerna pengadilan begitu murah untuk dibeli
Ia datang ke
Arab dengan alasan untuk menutup-nutupi perbuatannya dengan berziarah ke Arab
Saudi sambil membelanjakan uang hasil korupsi untuk menunda proses hukum yang
memperkarakan kasusnya. Dinyatakan dengan pasti meyakini akan bebas murni dari
kasus korupsi dengan menggunakan pengacara mahal karna menganggap pengadilan
begitu murah untuk dibeli dengan hasil korupsi yang didapati.
Abu
Dhabi-Surabaya, 2017
Melalui puisi tersebut, penulis
mengkritiki dari segi bahasa yang digunakan. Dalam puisi karya M. Shoim Anwar
yang berjudul Di
Bandara Internasional Abu Dhabi
ini menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami dan ditafsirkan maknanya.
Permainan imajinasi yang sedikit dapat membingungkan apakah pengarang mengarah pada
satu orang atau lebih dari satu orang yang digambarkan dalam puisi. Namun hal
yang dapat ditangkap adalah seorang terseret kasus korupsi sedang menikmati
hasil korupsi dengan mengalihkan proses hukumnya pada kegiatan islami. Hal
tersebut seolah menanggapi enteng saja mengenai perkara hukum yang sedang
memperkarakan dirinya, dan menganggap pengadilan begitu murah untuk ia beli
dengan uang korupsi yang dimiki saat ini.
ANTARA BABAT DAN BAURENO
antara babat dan baureno
kucari jejakmu di celah pasir yang mengalir
wewangian telah berkabar bersama malaikat subuh
tapi hasratku terkunci di dahan kasturi
langkahmu kueja seperti alaifbata
meski lidahku kelu memeram rindu.....
Puisi tersebut mengungkapkan tentang kerinduan
terhadap seseorang. Hal ini dapat dilihat dari diksi kelu memeram rindu yang
menyatakan tidak dapat berkata karna terlalu besar rindu yang dipendam.
Penyair tidak menggunakan rima yang beraturan di
akhir kata di setiap barisnya, namun hal ini tidak mempengaruhi keindahan makna
puisi.
KEDUNG ADEM
saat kedung adem mengeringkan rumpun bambumu - tumbuhan yang tumbuh banyak
telaga telah mengaga dahaga- danau kecil
kukayuh pedal mencari sisa hujan
di celah senyum yang tak jua rekah
bekisarmu tak lagi berkokok
sangkar di teras telah lama menunggu
dan ketika hujan datang seperti cinta yang kemaruk
telaga-telaga meluapkan asmaranya
rumpun merimbun bersama rebung – tunas yang masih muda dari akar bambu
bekisar di teras rumahmu melagu merdu
tapi aku takut mengayuh pedal kembali
luapan itu bisa melelapkanku di dasar kali
adakah kau masih menyimpan janji ....
Puisi tersebut mengungkapkan keraguan
pada seseorang, dengan diksi adakah kau
masih menyimpan janji, yang dapat dipahami dengan jelas maknanya.
Penyair tidak menggunakan rima yang
teratur. Selain itu, pada baris kedua dengan larik telaga menganga dahaga, penyair menggunakan majas Paradoks yang
menyatakan perbandingan sesuatu yang berkebalikan. Namun di akhir baris penyair
menggunakan diksi yang sangat jelas dan mudah dipahami, hal ini disayangkan
karna mengurangi bentuk estetika sebuah puisi
Ke Kawah Putih
kujilati
punuk-punuk Soreang- kecamatan di
Tatar Pasundang Kabupaten Bandung
sawah-sawah
berpetak di kaki gunung
rumah-rumah
di jauh sana
seperti
masa depan yang tenang dan sunyi
petani
dan kerbau masih mencumbu nasib
melawan
gedung-gedung yang tak kuasa ditampik
ke
terminal Cipede kuangankan
bersama
para pindang dalam angkot yang pengap
Kawah
Putih yang jauh
Sejauh
langkah penyair yang terus menggarap sajak-sajaknya
telah
kau sisihkan sekolah pertanianmu
sebab
tanah moyangmu terus mengerut
jadi
semburat tumpukan semen dan batu bata
seperti
nasib kita
Kawah
Putih beralih ke investor yang menggelontor – orang yang melakukan
penanman modal – mengalirkan air dengan sangat deras supaya hanyut
Lalu
apa kerja orang-orang kantor?
Bandung, januari 2015
Puisi tersebut mengungkapkan sebuah
kritikan dan rasa penindasan yang ditujukan pada orang-orang yang lebih
mementingkan pembangunan dan kepentingan ekonomi. Hal ini ditunjukkan diksi petani dan kerbau masih mencumbu nasib, melawan
gedung-gedung yang tak kuasa ditampik.
Penyair tidak
menggunakan rima yang beraturan namun tidak mempengaruhi estetika puisi
tersebut. Bentuk tertindas begitu nampak yang dipertegas dengan larik pada bait
terakhir.
JARAK
jarak
kadang membuat kita jadi kanak-kanak
bersemangat
membeber kisah-kisah baru
terlalu
bangga
seakan
tak ada yang mendahulu
tawa
dan air mata diunggah
menadah
simpati pada tiap jengkal terlalui
biarlah
kita memang meniti ke masa lalu
menjadi
kanak kembali saat usia merambah
minta
disuapi dan dininabobokkan
pada
hangat dekapan
pada
puting yang tersisa kita gali manja yang terpendam
ada
situs waktu yang kita buru
maka
pada jarak segala bermakna
juga
kau
Bandung, januari 2015
Puisi
tersebut mengungkapkan kerinduan terhadap seseorang dengan diksi jarak, penyair menyatakan jarak dapat
menjadikan sesorang menjadi kanak-kanak karna ingin dimanja dan sebagainya.
Dalam
puisi ini penyair menggunakan rima yang beraturan. Namun penyair tidak memperhatikan
tipografi/bentuk terhadap penulisan puisinya sehingga mengurangi estetika saat
membaca puisi tersebut.
KETIKA
AKU
ketika
aku pura-pura mencium pipinya
kau
mengiri mengapa hanya dia
kuperam
segala makna
adakah
kau memang mendamba
pada
kantukku kau imajikan secangkir kopi
hangat
mungkin
hanya gula di bibir mungilmu
kutagihkan
pada detak langkah
puisimu
kehilangan imaji
kuteguk
kopimu menghangat di rasa
tak
ada sisa
kuingin
lagi pura-pura mencium pipinya
sebab
kuingin kau berkata:
itu
hanya untukku saja
Puisi
tersebut mengungkap tentang percintaan dengan rima yang beraturan dan diksi
yang digunakan menjadikan puisi ini menarik dan menggugah imaji pembaca.
MENANGISLAH
menangislah
ketika lebat hujan meluruhkan langkah
air
matamu menggenang di atas lutut
detak
motor jantungmu tak kuasa
memikul nasib yang rumpang
buku
harian membasah
lunturlah
tinta pencatat mimpi nan panjang
eksotisme
kota, kawah, dan gunung-gunung
menjadi mimpi yang tak pasti
kau
tercenung mengutuki kerapuhan
di
rumah yang hampa
tak
berani memamah ketika disodorkan menu baru
musim
melindap tak pasti
Ia
kadang ramah
tapi
siap juga mencuri lembaranmu
puisi
tersebut menunjukkan kesedihan harapan seseorang yang tidak tersampaikan. Dengan
diksi sederhana dan rima yang beraturan, puisi dapat dinikmati dan dipahami
dengan mudah oleh pembaca.
BERSAMA LING LING
telah
kau urai nadi stasiun bersama ling ling
kereta berderak merangkak
memisah kota tempat ketubanmu memecah
kau panggul
hidup yang tak terprediksi
sebab
ada kelembutan yang melukai
pada
laju kereta pertamamu
bersama
ling ling kau ingin menutup kisah
kerna terkabar
april adalah penasbihan luka
maka
biarlah senyummu terpajang dalam kereta
mungkin malang mampu disihirnya
kaki menapak mengeja jarak yang jenuh
lihatlah merpati beterbangan di alun-alun itu
seperti
mengejek kepenatanmu
menyusur toko-toko dan gerai makanan
sambil memenggak
keinginan yang tak kenal usai
ling
ling masih juga tersenyum sepertimu
kareta
hidupnya tak sanggup kau baca
sejarah
telah menyembunyikan catatannya
telah kau batalkan penggal perjalananmu setelah itu
tak
ada yang tahu
juga
ling ling
Surabaya, 28
Februarin 2015
Komentar
Posting Komentar